terserah

Sabtu, 09 Juni 2012

SOAL 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


SEKOLAH :
MATA PELAJARAN : Bahasa Indonesia
KELAS : X
SEMESTER : 1


A. STANDAR KOMPETENSI :
Mendengarkan : 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung


B. KOMPETENSI DASAR :
1.2 Mengidentifikasi unsur  sastra (intrinsik dan ekstrinsik)  suatu cerita yang disampaikan secara langsung atau melalui rekam¬an


C. MATERI PEMBELAJARAN :
 Rekaman cerita, tuturan langsung (kaset, CD, buku cerita)
• unsur intrinsik (tema, alur, konflik, penokohan, sudut pandang, dan amanat)
• unsur ekstrinsik (agama, politik, sejarah, budaya)

D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
noIndikator pencapaian kompetensi Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Kewirausahaan/Ekonomi kreatif 
1menyampaikan unsur-unsur ekstrinsik (nilai moral, kebudayaan, agama, dll).
  • Sahabat/komunikatif.
  • Tanggang jawab
kepimimpinan
2menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman.
3menyampaikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, konflik, amanat, dll).
4menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman.

E. TUJUAN PEMBELAJARAN* :
Siswa dapat:
• Menyampaikan  unsur-unsur intrinsik  ( tema, penokohan, konflik,  amanat, dll.) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
• Menyampaikan unsur-unsur  ekstrinsik (nilai moral,kebudayaan, agama, dll.) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
• Menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang disampaikan teman dengan menggunakan bahasa yang santun dan efektif.

F. METODE PEMBELAJARAN :
- Penugasan
- Diskusi
- Tanya Jawab
- Unjuk kerja
- Ceramah
- Demonstrasi

G. Strategi Pembelajaran
Tatap muka Terstruktur

Mandiri
  • memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung .
  • menyampaikan unsur-unsur ekstrinsik (nilai moral, kebudayaan, agama, dll).
  • mencari siaran atau cerita yang disampaikan secra langsung /tidak langsung.
  • menanggapi (setuju atau tidak setuju) unsur ekstrinsik dan intrinsik yang disampaikan oleh teman
  • siswa dapat menyampaikan unsur-unsur intrinsik (tema, penokohan, konflik, amanat, dll) yang terkandung di dalam cerita yang disajikan disertai contoh kutipannya.
  • siswa menyimpulkan tentang siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung/tidak langsung

H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN :
noKegiatan belajar Nilai budaya dan karakter bangsa
1
Kegiatan awal
  • Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.
Bersahabat/ komunikatif
2 Kegiatan Inti :
  • Eksplorasi 
         Dalam kegiatan eksplorasi :
  1. Mendengarkan cerita daerah tertentu (Misalnya: Si Kabayan, Roro Jonggrang, Malin Kundang)* 
  2. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik
  3. Menyampaikan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. 
  • Elaborasi 
         Dalam kegiatan elaborasi,
  1. ceritakan yang disampaikan secara langsung atau melalui rekam¬an ? Diskusi dan tanya jawab 
  2. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: 
  3. Menyimpulkan tentang hal-hal yang belum diketahui 
  4. Menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
Tanggung jawab
3
Kegiatan akhir
  1.  Refleksi
  2. Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini.
Bersahabat/komunikatif

I. ALOKASI WAKTU :
4 x 40 menit

J. SUMBER BELAJAR/ALAT/BAHAN :
Buku cerita/kaset
LKS : Tim. Bahasa Indonesia SMA X. Sukoharjo: Pustaka Firdaus.
Buku pendamping: Syamsuddin A.R. Kompetensi Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas X. Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2006.


K. PENILAIAN :
Jenis Tagihan:

    Tugas individu
    Ulangan

Bentuk Instrumen:

    Uraian bebas
    Pilihan ganda
    Jawaban singkat




Mengetahui, 2011
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran


NIP. NIP.

Jumat, 08 Juni 2012

media massa cetak

3 Media Massa Cetak
Yang dikatagorikan sebagai media massa cetak adalah koran, tabloid, majalah, bulletin, jurnal dan news letter.Media massa cetak diterbitkan secara periodik, dengan nama penerbitan sama, diberi nomor serta tanggal terbit dan memuat isi yang bersifat faktual. Sementara buku tidak terbit secara periodik dan memuat isi yang tidak bersifat faktual.
Periodisasi terbitnya media massa cetak pada umumnya adalah: harian, mingguan, dua mingguan, bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, empat bulanan, tengah tahunan dan tahunan. Media massa yang terbit harian, umumnya koran. Sementara yang terbitnya dua bulanan sampai setahun sekali umumnya jurnal. Periodisasi yang paling banyak digunakan, selain harian adalah mingguan dan bulanan. Biasanya tabloid dan majalah menggunakan pola terbit mingguan dan bulanan.

a.    Cara Media Massa Cetak Dibuat
Media massa cetak dibuat dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan, baik bahan tertulis, gambar dan foto. Pekerjaan ini dilakukan oleh para wartawan. Bahan itu diolah menjadi tulisan oleh redaksi, untuk selanjutnya ditata dalam halaman-halaman penerbitan, dibuat film dan plate lalu dicetak, untuk majalah harus dijilid dan kemudian diedarkan. Baik secara cuma-cuma maupun dijual.

b.    Cara Media Massa Cetak Diedarkan
Media massa cetak diedarkan secara cuma-cuma oleh lembaga kenegaraan/pemerintahan, keagamaan, perusahaan dll. Media massa cetak yang diedarkan secara komersial, bisa dijual di agen koran/majalah (di lapak), dijual para pengasong di jalan raya, di toko buku dan dilanggan oleh konsumen. Pelanggan bisa menerima penerbitan media massa melalui jasa pos, hantaran atau loper yang dipekerjakan oleh agen.
Media massa cetak non komersial, dibiayai oleh anggaran lembaga yang menerbitkannya, karena akan diedarkan secara cuma-cuma. Media massa cetak komersial, dibiayai dari penjualan media massa tersebut, uang langganan dan jasa penjualan halaman untuk dipasangi iklan. Ada pula pemasukan dari advertorial (iklan dalam bentuk artikel). Media massa tertentu, juga memperoleh pendapatan dari produk pendukungnya (barang promosi). Bahkan kadang-kadang produk pendukung ini justru bisa mendatangkan pemasukan lebih tinggi.
Sebelum tahun 1998, penerbitan media massa cetak memerlukan ijin khusus yang pengurusannya sangat rumit dan berbelit serta memerlukan dana besar. Hingga pada waktu itu SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Setelah tahun 1998, penerbitan media massa cetak bisa dilakukan dengan bebas oleh siapa saja.

penegertian menyimak


Pengertian Menyimak

Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan  tingkatan pemahaman belum dilakukan (Sutari, dkk. 1997/1998 : 6).

Sebagai istilah dalam pengajaran bahasa Indonesia, menyimak dapat diberi makna sebagai aspek persepsi mendengarkan , maka supaya dapat menyimak afektif seseorang itu harus mempunyai kemauan, untuk mengerti isi kata-kata pembicara. Kegiatan menyimak merupakan kegiatan reseptif berarti menyimak merupakan kegiatan seseorang untuk mau menerima pesan-pesan yang terkadang di dalam bunyi bahasa melalui alat indera pendengar menyiapkan dan menalarkan secara teratur, kemudian memahami makna dengan tepat seperti makna yang diharapkan oleh pembicara (Sutari, dkk. 1997/1998 : 6).

Tarigan (1986 : 28) menyemumukan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan  lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interprestasi  untuk mememperoleh informasi, menangkap isi atau pesa serta memahami makna  komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran dan bak bahasa lisan.

Achsin dan Basang (1985 : 6) menyatakan bahwa, istilah menyimak tidak dapat diindentikan dengan istilah mendengar. Meskipun keduanya melalui indera yang sama. Mendengar merupakan proses penerimaan bunyi tanpa memperhatikan makna yang terdapat didalamnya. Sedangkan, menyimak disamping terjadi kegiatan mendengar terjadi juga proses pemahaman arti yang  terdapat pada bunyi bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, pada kegiatan menyimak jelas terjadi proses mendengar, sedangkan pada kegiatan mendegar. Sedangkan pada kegiatan mendengar tidak selalu menyarah pada proses menyimak.

            Anderson, 1972 : 68 (dalam Sutari dkk) menyimak merupakan proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan.

            Berdasarkan pengertian dan defenisi-defenisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang bunyi bahasa/lisan dengan penuh perhatian untuk memperoleh informasi atau makna yang disampaikan oleh pembicara.

 

peranan menyimak

1.1.2    Peranan Menyimak dalam Berbahasa
Bila terlihat situasi kebahasaan di Indonesia bukan merupakan bahasa itu (sebagai bahasa pertama) dari sebagian siswa,bsehingga keterampilan menyimak ini sangat dibutuhkan, tidak hanya untuk mengikuti pelajaran yang menyemukakan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, tetapi dapat pula digunakan dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat.
Uraian ini akan memusatkan perhatian padaa keterampilan menyimak dan menggunkan bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses belajar mengajar maupan sebagai alat komunikasi dengan anggota-anggota masyarakat yang lain.
Ada  empat macam aspek keterampilan aspek keterampilan berbahasa yang masing-masing mempunyai sifat-sifat kesamaan. Oleh karena itu keempat jenis aspek tersebut merupakan  suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
BAGAN KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan menyimak

Lisan        Tulisan

menyimak        berbicara
    membaca        Menulis

Keterampilan produktif        Keterampilan produktif

Komunikasi

    Berdasarkan bagan di atas telah bahwa bahasa sebagai alat komunikasi itu ada yang bersifat lisan (bahasa itu terwujud kontinum bunyi yang dapat kita dengarkan), dan ada yang bersifat tulisan di dalamnya terkadang makna yang dapat menimbulkan respon atau tanggapan dari orang lain yang mendengarkan atau membacanya. Dengan demikian keterampilan menyimak sangat memegang peranan dalam kehidupan berbahasa seseorang, karena baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan diperoleh dan melalui menyimak dan keterampilan menyimaklah yang paling sering digunakan oleh umat manusia.

hubungan menyimak dan menulis

3.    Hubungan Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Menulis  
Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan. Sedangkan dari sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi dan obrolan. Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak diperoleh informasi itu dengan menyimak.
Di dalam perkuliahan, seorang mahasiswa membuat saat dia menyimak penjelasan dosen. Demikian halnya seorang penulis, dia harus pandai-pandai menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan tulisannya. Melalui menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan tulisannya. Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh idea tau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktifitas menulisnya (Suparno, 2004 : 1.7).

mata kuliah menyimak

1.1.4    Mata Kuliah Keterampilan Menyimak Pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID)
Keterampilan menyimak merupakan salah satu mata kuliah khusus pada mahasiswa PBSID yang terdiri atas 3 sks. Mata kuliah menyimak merupakan salah satu mata kuliah awal (semester 1) di PBSID. Tujuan utama dalam mata kuliah menyimak menurut Ice Sutari, dkk. (1998 : 1) adalah sebagai berikut:
1.    Membekali mahasiswa dengan berbagai konsep menyimak secara teoritis praktis agar mereka mampu meningkatkan dan mengembangkan keterampilan yang telah mereka miliki melalui latihan yang terus menerus.
2.    Membekali mahasiswa dengan berbagai konsep pengajaran menyimak agar mereka lebih mempu merancang strategi pengajaran menyimak agar mereka lebih mampu merancang strategi pengajaran menyimak yang tepat untuk siswanya.
Untuk mencapai tujuan di atas maka bahan ajar menyimak disajikan dalam dua bagian. Bagian pertama menyajikan berbagai konsep kemampuan menyimak yang terdiri dari 6 bab yakni:
Bab 1 Peranan Menyimak dalam Keterampilan Berbahasa
Bab 2 Hakikat Menyimak
Bab 3 Menyimak Efektifensif
Bab 4 Menyimak Komprehensif
Bab 5 Kebutuhan Peningkatan Menyimak Efektif dengan Gaya Terapi
Bab 6 Menyimak Dalam pengajaran
    Bagian kedua menyajikan beberapa teknik model-model pengajaran pembelajaran menyimak, dengan mengacu pada teori-teori yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.

kegunaan pendekatan korelasi

1.3.2    Kegunaan Pendekatan Korelasi
Penggunaan dan pendekatan korelasi sangat berguna dalam usaha meneliti masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Beberapa kegunaan tersebut antara lain:
1.    Memungkinkan untuk mengukur sejumlah variabel dan menemukan antarhubungannya secara simultan : penelitian experimental, meskipun dilakukan secara ketat biasanya hanya dapat memanipulasi suatu variabel pada setiap saat, padahal dalam masalah sosial suatu gejala biasanya tidak dapat terjadi karena pengaruh interaksi sejumlah variabel dalam suatu hubungan yang kompleks. Dengan demikian metode korelasi merupakan pendekatan yang bersifat realistis dan tidak bersifat artifisial. Disamping itu, kontrol dalam eksperimen  sering mengakibatkan tingkah laku yang diteliti menjadi berubah sehingga menjadi lain dari apa yang semula ingin dipelajari.
2.    Metode korelasi dapat memberikan informasi tentang tingkat hubungan antara variabel-variabel yang sedang dipelajari keterampilan metode korelasi menspesifikasikan tingkatan sampai beberapa besaar variabel-variabel yang sedang dipelajari berhubungan kerapkali memberikan kepada peneliti suatu pemahaman tentang bagaimana variabel tersebut beroperasi yang tidak mungkin diperoleh melalui rancangan lain (Ardhan, 1987-136)
Studi korelasi, terutama menaruh perhatian pada usaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap suatu pola tingkah laku yang sangat kompleks (antara lain kemajuan hasil belajar) dengan jalan mempelajari hubungan antara pola-pola tingkah laku ini dengan variabel-variabel yang dihipotesiskan ada hubungannya (Ardhan, 1987:137).