terserah

Jumat, 01 Juni 2012

KAJIAN PUSTAKA
1.1 Keterampilan Menyimak
1.1.1 Pengertian Menyimak
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya sedangkan dalam kegiatan mendengarkan  tingkatan pemahaman belum dilakukan (Sutari, dkk. 1997/1998: 6).
Tarigan (dalam Sutari dkk, 1997/1998: 19) menyemumukan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan  lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman apresiasi, serta interprestasi  untuk mememperoleh informasi, menangkap isi atau pesa serta memahami makna  komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran dan bak bahasa lisan.
Anderson (dalam Sutari dkk, 1997/1998: 19) menyimak merupakan proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan.
Achsin dan Basang (1985 : 6) menyatakan bahwa, istilah menyimak tidak dapat diindentikan dengan istilah mendengar. Meskipun keduanya melalui indera yang sama. Mendengar merupakan proses penerimaan bunyi tanpa memperhatikan makna yang terdapat didalamnya. Sedangkan, menyimak disamping terjadi kegiatan mendengar terjadi juga proses pemahaman arti yang  terdapat pada bunyi bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, pada kegiatan menyimak jelas terjadi proses mendengar, sedangkan pada kegiatan mendegar. Sedangkan pada kegiatan mendengar tidak selalu menyarah pada proses menyimak.
    Berdasarkan pengertian dan defenisi-defenisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang bunyi bahasa/lisan dengan penuh perhatian untuk memperoleh informasi atau makna yang disampaikan oleh pembicara.
1.1.2    Peranan Menyimak dalam Berbahasa
Sutari dkk. (1997/1998 : 4) menyatakan keterampilan berbahasa menuntut adanya pengetahuan dalam berbahasa maupun non kebahasaan perlu dimiliki. Pengetahuan berbahasa belum dianggap lengkap kalau tidak dibarengi dengan pengalaman berbahasa. Pengalaman berbahasa didapat melalui latihan yang intensif yang dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang.
Ada  empat macam aspek keterampilan aspek keterampilan berbahasa yang masing-masing mempunyai sifat-sifat kesamaan. Oleh karena itu keempat jenis aspek tersebut merupakan  suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Keempat aspek keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis keempat keterampilan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sutari dkk. (1997/1998 : 4) menyatakan dalam prakteknya keempat keterapilan itu bekerja bersama-sama, satu, dua, tiga, atau empat keterampilan akan; akan lebih efektif apabila keempat keterampilan itu selalu terlibat. Dengan kata lain lebih banyak aspek keterampilan berbahasa yang terlibat lebih baik hasilnya. 
Untuk lebih jelasnya gambaran keempat keterampilan berbahasa dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
BAGAN KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan menyimak

Lisan        Tulisan

Menyimak        berbicara
    membaca        Menulis

Keterampilan produktif        Keterampilan produktif

Komunikasi

(Sutari dkk, 1997/1998 : 5)
    Berdasarkan bagan tersebut telah tampak bahwa bahasa sebagai alat komunikasi itu ada yang bersifat lisan (bahasa itu terwujud kontinum bunyi yang dapat kita dengarkan), dan ada yang bersifat tulisan di dalamnya terkadang makna yang dapat menimbulkan respon atau tanggapan dari orang lain yang mendengarkan atau membacanya. Dengan demikian keterampilan menyimak sangat memegang peranan dalam kehidupan berbahasa seseorang, karena baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan diperoleh dan melalui menyimak dan keterampilan menyimaklah yang paling sering digunakan oleh umat manusia.
1.1.3    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menyimak
Menurut Tarigan (1994: 99-107) factor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak adalah sebagai berikut:
1.    Kondisi fisik seseorang. Menyimak merupakan faktor  penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas dan kuantitas menyimak.
2.    Faktor psikologis yang mempenyaruhi proses menyimak. Faktor  psikologis yang positif member pengaruh yang baik, sedangkan faktor psikologis yang negatif dapat member pengaruh yang buruk  pula terhadap kegiatan menyimak.
3.    Faktor pengalaman. Sikap merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan pengalaman. Kurangnya minat merupakan akibat dari pengalaman yang kurag atau tidak sama sekali pengalaman dalam bidang yang disimak.
4.    Faktor sikap. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak.
5.    Faktor motivasi. Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Jika motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan menyimak.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak meliputi kondisi fisik, faktor psikologis, faktor pengalaman, faktor sikap, dan faktor motivasi.         
1.1.4    Mata Kuliah Keterampilan Menyimak Pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID)
Keterampilan menyimak merupakan salah satu mata kuliah khusus pada mahasiswa PBSID yang terdiri atas 3 sks. Mata kuliah menyimak merupakan salah satu mata kuliah awal (semester 1) di PBSID. Tujuan utama dalam mata kuliah menyimak menurut Ice Sutari, dkk. (1998 : 1) adalah sebagai berikut:
1.    Membekali mahasiswa dengan berbagai konsep menyimak secara teoritis praktis agar mereka mampu meningkatkan dan mengembangkan keterampilan yang telah mereka miliki melalui latihan yang terus menerus.
2.    Membekali mahasiswa dengan berbagai konsep pengajaran menyimak agar mereka lebih mempu merancang strategi pengajaran menyimak agar mereka lebih mampu merancang strategi pengajaran menyimak yang tepat untuk siswanya.
Adapun pokok-pokok dalam mata kuliah menyimak yang dikutip dari buku pegangan dosen pembimbing mata kuliah menyimak adalah sebagai berikut:.
A. Hakikat Keterampilan Menyimak
     1. Tujuan dan cakupan mata kuliah menyimak
     2. Fungsi mata kuliah menyimak
     3. Relevansi keterampilan menyimak dan keterampilan lain
     4. Pengertian menyimak
     5. Tujuan menyimak
     6. Tujuan pengajaran bahasa indonesia
     7. Menyimak dalam kurikulum smp dan sma
B. Faktor Pemengaruh Menyimak
    1. Faktor fisik
    2. Faktor psikologis
    3. Faktor pengalaman
    4. Faktor sikap
    5. Faktor motivasi
    6. Faktor jenis kelamin
    7. Faktor lingkungan
    8. Faktor peranan dalam masyarakat

C. Ragam Menyimak
    Ragam keterampilan menyimak antara lain:
1.    menyimak intensif
2.    menyimak ekstensif

D. Proses Menyimak
    Proses menyimak antara lain:
1.    proses mendengarkan
2.    proses memahami
3.    proses menafsirkan
4.    proses menilai
5.    proses menanggapi

E.  Hakikat Menyimak:
Ada 3 tujuan dan cakupan mata kuliah menyimak, yaitu:
     1. Tujuan yang bersifat kognitif ---) membekali mahasiswa dengan  pengetahuan Menyimak (teori)
     2. Tujuan yang bersifat afektif ---) memotivasi mahasiswa agar terampil menyimak (sikap positif)
     3. Tujuan yang bersifat psikomotor --) mahasiswa menerapkan teori menyimak (praktek/ latihan)
Fungsi mata kuliah menyimak --) agar mahasiswa terampil mengajarkan keterampilan menyimak.
Relevansi keterampilan menyimak dengan keterampilan berbahasa lainnya:
-berbicara --) merupakan komunikasi dua arah/ tatap muka
-membaca --) untuk lebih                                                                                                                                  m,y memahami ket. Menyimak
-menulis --) mencatat hal-hal penting ketika menyimak
Pengertian menyimak --) mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi
Tujuan menyimak --) untuk memperoleh informasi secara lisan, antara lain: untuk belajar, untuk menikmati, untuk mengevaluasi, untuk mengapresiasi, mengkomunikasikan ide-ide, membedakan bunyi-bunyi, memecahkan masalah, dan untuk meyakinkan.

1.2    Penguasaan Kosakata       
2.2.1 Pengertian Kosakata
Menurut Adiwinarta dkk. (1987: 7) kosakata berarti :
1.    Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.
2.    Kata-kata yang dikuasai oleh seorang atau kata-kata yang dipakai oleh segolongan orang dari lingkungan yang sama.
3.    Kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan.
4.    Dalam linguistic seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa. 
5.    Sejumlah kata dan frasa dan suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai dengan batasan dan keterangan.
Menurut Hawang dkk. (1983: 1) penguasaan kosakata bukanlah hal yang sekaligus datangnya melainkan tumbuh secara perlahan-lahan sejak seseorang sadar akan lingkungan, berkembang sampai orang menjadi dewasa, dan akhirnya berhenti setelah orang itu tidak dapat menyadari lingkungan kembali.
Menurut kridalaksana (1983: 98) mengemukakan kosakata adalah :
1.    Komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa;
2.    Kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara atau yang memiliki suatu bahasa, kosakata, perbendaharaan kata; dan
3.    Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis.

Berdasarkan  pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah semua kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bahasa, maupun komponen suatu bahasa yang bersangkutan yang dapat memuat tentang pemakaian kata dan maksud kata dalam bahasa yang bersangkutan. Jadi yang dimaksud dengan kosakata bahasa Indonesia adalah semua komponen atau  kekayaan kosakata yang dimiliki oleh bahasa Indonesia yang memuat semua informasi tentang pemakaian kata dan arti tersebut dalam bahasa Indonesia.

2.2.3 Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia
    Penguasaan kosakata pada prinsipnya merupakan pemahaman atau kesanggupan menggunakan kata-kata di dalam keterampilan berbahasa baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian kosakata memegang peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa Indonesia, khusunya peningkatan kecerdasan seseorang. Sehubungan dengan hal itu Tarigan (1986: 3) mengemukakan bahwa :
1.    Kuantitas dan kualitas, tingkat dan kedalaman kosakata merupakan indeks pribadi bagi perkembangan mentalnya; 
2.    Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual dan merupakan tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah kejuruan; dan
3.    Semua pendidikan pada prinsipnya adalah pengembangan kosakata yang juga merupakan pengalama konseptual.
Merujuk pada pengertian tersebut ternyata kemajuan berpikir berpenyaruh besar terhadap perkembangan bahasa yang tidak terlepas dari penambahan dan perkembangan kosakata. Oleh karena itu, penguasaan kosakata besar peranannya bagi keterampilan berbahasa seseorang.
Badudu (1985: 78)  menyatakan bahwa mengusai bahasa Indonesia dengan baik akan mempermudah siswa memahami mata pelajaran yang lain, karena itu bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang lain karena itu bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang lain, karena itu bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran utama bagi siswa karena bahasa Indonesia menjadi dasar semua mata pelajaran.
Pembicaraan tentang pentingnya kosakata dalam meningkatkan kecerdasan dan prestasi belajar siswa atau mahasiswa sesuai juga pendapat Einstein bahwa “perkembangan mental seseorang dan cara pembentukan konsep sangat bergantung pada bahasa. Jadi bahasa merupakan jadi bahasa merupakan alat penalaran dalam arti yang sebenarnya (Oller dan Kaseng, 1985: 8).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka jelaslah bahwa penguasaan kosakata sangat berpengaruh dalam memahami mata pelajaran bagi siswa dan memahami mata kuliah lain bagi mahasiswa.

2.3 Korelasi
2.3.1 Pengertian Korelasi
    Korelasi adalah hubungan timbale balik antara dua variabel. Pengertian ini diperkuat oleh pendapat azwar (1987 : 42) yang mengatakan bahwa istilah korelasi merujuk pada derajat hubungan atau saling hubungan antara dua variabel, adalah : hal aspek, keadaan, dan sebagainya yang sifatnya dapat dinyatakan dalam bermacam-macam nilai kuantitatif.
    Dalam dunia statistik, mencari korelasi selalu dilakukan teknik-teknik korelasi. Derajat hubungan antara dua variabel dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dinyatakan dalam angka, baik korelasi positif maupun korelasi negative (Azwar. 1987 : 43).
Bertolak dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa korelasi adalah hubungan timbale balik antara dua variabel, bukan hubungan sebab akibat dari dua variabel. Dengan demikian dalam interprestasi hasil ananlisis dengan teknik korelasi tidak boleh dikaitkan dengan perihal hubungan sebab akibat.
Jadi yang dimaksud dengan korelasi dalam penelitian ini adalah hubungan timbale balik antara variabel keterampilan menyimak dan penguasaan kosakata bahasa Indonesia mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID) angkatan 2010.
1.2.2    Kegunaan Pendekatan Korelasi
Penggunaan dan pendekatan korelasi sangat berguna dalam usaha meneliti masalah-masalah pendidikan dan pengajaran. Beberapa kegunaan tersebut antara lain:
1.    Memungkinkan untuk mengukur sejumlah variabel dan menemukan antarhubungannya secara simultan : penelitian experimental, meskipun dilakukan secara ketat biasanya hanya dapat memanipulasi suatu variabel pada setiap saat, padahal dalam masalah sosial suatu gejala biasanya tidak dapat terjadi karena pengaruh interaksi sejumlah variabel dalam suatu hubungan yang kompleks. Dengan demikian metode korelasi merupakan pendekatan yang bersifat realistis dan tidak bersifat artifisial. Disamping itu, kontrol dalam eksperimen  sering mengakibatkan tingkah laku yang diteliti menjadi berubah sehingga menjadi lain dari apa yang semula ingin dipelajari.
2.    Metode korelasi dapat memberikan informasi tentang tingkat hubungan antara variabel-variabel yang sedang dipelajari keterampilan metode korelasi menspesifikasikan tingkatan sampai beberapa besaar variabel-variabel yang sedang dipelajari berhubungan kerapkali memberikan kepada peneliti suatu pemahaman tentang bagaimana variabel tersebut beroperasi yang tidak mungkin diperoleh melalui rancangan lain (Ardhan, 1987-136)
Studi korelasi, terutama menaruh perhatian pada usaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap suatu pola tingkah laku yang sangat kompleks (antara lain kemajuan hasil belajar) dengan jalan mempelajari hubungan antara pola-pola tingkah laku ini dengan variabel-variabel yang dihipotesiskan ada hubungannya (Ardhan, 1987:137).




DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarta, Sri Sukesi, dkk.,. 1987. Tata Istilah Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid I. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. 
Hanafi, Siti Hawang. 1983. Pemakain kosakata Bahasa Indonesia Murid Kelas III yang Berbahasa Ibu Bahasa Bugis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakata: Gramedia.
Sutari, ice, dkk.,. 1997/1997. Menyimak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D3. 
Tarigan, Djago. 1990. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Hendri Guntur. 1994. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. 
Tarigan, Henri Guntur. 1993. Strategi Pengajaran dan pembelajaran bahasa. Bandung: Angkasa.   













TUGAS
STUDI MANDIRI






OLEH
LA ODE MPATANI
A2 D1 09 058






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEBDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012


1 komentar: